Khouf adalah cambuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Khouf inilah yang mencegah dan menjahui setiap diri dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ketika seorang hamba kekurangan khouf kepada Alloh, maka akan mengakibatkan ke-lupa-an dan keberanian untuk berbuat dosa. Dan Sebaliknya terlalu berlebihan dalam khouf akan menyebabkan putus asa-putus harapan.

Khouf kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  bisa lahir dari ma’rifah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  dan ma’rifah kepada sifat-sifatNya. Khouf bisa juga lahir dari perasan banyaknya dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba. Juga terkadang khouf lahir dari keduanya.

Sesungguhnya yang alim itu hanyalah yang takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: ”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Fathir: 28)

Orang yang takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala bukanlah orang yang menangis dan bercucuran air matanya. Tetapi ia adalah orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan yang ia khawatirkan hukumannya.

Dzun Nun al-Mishriy pernah ditanya, “Kapankah seorang hamba itu takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala?” Ia menjawab, “Jika ia mendudukkan dirinya sebagai orang sakit yang menahan didi(dari berbagai hal) khawatir jika sakitnya berkepanjangan.”

Abul Qasim al-Hakim bertutur, “Siapa yang takut terhadap sesuatu ia akan lari darinya. Tetapi siapa yang takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala ia justru lari untuk mendekatinya.”

Fudlail bin ‘Iyadl berujar,”Jika kamu ditanya, ‘Apakah kamu takut kepada Alloh?’, maka diamlah, jangan menjawab! Sebab jika kamu jawab ‘ya’, kamu telah berdusta. Sedangkan jika kamu jawab ‘tidak’, maka kamu telah kafir!!!”

Khauf akan membakar syahwat yang diharankan, sehingga kemaksiatan yang dulu disukai menjadi di benci. Seperti madu, orang yang suka pun menjadi tidak suka jika tahu madu itu mengandung racun. Syahwat terbakar oleh khauf. Anggota badan pun jadi beradab. Dan hati pun diliputi rasa khusyu’ dan tenang, jauh dari kesombongan, iri, dan dengki. Bahkan ia mampunmenguasi segala kegundahan dan tahu bahayanya. Maka ia tidak pernah pindah kepada selainNya. Tiada lagi keibukannya selain usaha mendekatkan diri , muhasabah, mujahadah, dan memperhitungkan setiap desah nafas dan waktunya.

Ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah, dan kalimat yang keluar dari dirinya. Keadaannya seperti dalam cengkeraman binatang buas. Ia tidak tahu apakah binatang itu lengah sehingga ia bisa melepaskan diri, atau sebaliknya ia justru menerkamnya maka hancurlah ia. Lahir dan batinnya disibukkan oleh sesuatu yang ia takutkan, tidak ada tempat bagi yang lain disana. Beginilah keadaan orang yang diliputi khauf

KEUTAMAAN KHAUF

Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyediakan petunjuk, rahmat, ilmu, dan keridhoan bagi hamba yang khauf kepadaNya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami” (QS. Al-A’raf: 156)

“….. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada RabbNya” (QS. Al-Bayyinah: 8)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan khauf, dan menjadikannya syarat iman. “……. Dan takutlah kalian kepadaKu, jika kalian benar-benar beriman.! (QS. Ali Imran: 175).

Yahya bin Mu’adz berkata, “Jika seorang mukmin melakukan suatu kemaksiatan, ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan menghantarkannya ke surga; takut akan siksa dan harapan akan ampunan.”

Leave a Comment